Aspal dan Jenisnya

Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral.

Bitumennya sendiri adalah bahan yang berwarna cokelat hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam CCL4 dengan sempurna dan tidak larut dalam air.

Fungsi aspal antara lain:

a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water proofing, protect terhadap erosi)

b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.

c. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.

d. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara keduanya.

e. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.

Jenis Aspal

Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan terbagi atas dua jenis yaitu:

1. Aspal Alam (Aspal Buton)

Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Batuan = asbuton
b. Plastis = trinidad
c. Cair = bermuda

Menurut kemurniannya terdiri dari :
a. Murni = bermuda
b. Tercampur dengan mineral = asbuton + trinidad

2. Aspal buatan

Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi bahan baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal.

Berikut ini adalah jenis-jenis aspal buatan yang sering dijumpai :

a. Aspal keras

aspal asphalt

Aspal keras digunakan sebagai bahan pembuatan AC. Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal keras.

1. Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus :
a. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi.
b. Daerah dengan cuaca iklim panas.

2. Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus :
a. Jalan dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi.
b. Daerah dengan cuaca iklim panas.

3. Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus :
a. Jalan dengan volume lalu lintas sedang / rendah.
b. Daerah dengan cuaca iklim dingin.

4. Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus :
a. Jalan dengan volume lalu lintas rendah.
b. Daerah dengan cuaca iklim dingin.

b. Aspal cair

Aspal CairAspal Cair2
Untuk keperluan lapis resap pengikat (prime coat) digunakan aspal cair jenis MC – 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal emulsi jenis CMS, MS.
Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal cair jenis RC – 70, RC – 250 atau aspal emulsi jenis CRS, RS.

c. Aspal emulsi
d. Ter

sumber, gambar1, gambar2

Struktur Lapisan Perkerasan Jalan

Menyambung artikel saya di sini.

STRUKTUR PERKERASAN

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course)

a1
Gambar 1. Lapisan perkerasan jalan lentur

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

PERKERASAN LENTUR

Jenis dan fungsi lapisan perkerasan
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar

Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
• Lapisan tanah dasar, tanah galian.
• Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
• Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
• Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
• Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
• Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
• Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

Lapisan pondasi atas (base course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
• Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

PERKERASAN KAKU

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
• Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
• Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
• Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
• Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Perkembangan perkerasan kaku

Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.

Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen

Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.
• Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).

Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.

PERKERASAN KOMPOSIT

Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlua ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bagian lain.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa aspal.

Tabel 1.3. : Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur.
a3
a4

sumber

Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan Raya

Jalan raya tentu tidak asing lagi bagi kita semua, bahkan hampir setiap hari kita lalui dalam aktifitas kita di luar rumah. Saat kita melintas di jalan raya, kita akan mendapati ada jalan raya yang baik dan mulus, namun ada juga yang sudah rusak bahkan terdapat banyak lubang di sana sini. Jadi bagaimana supaya jalan raya tersebut tidak rusak ketika dilalui oleh kendaraan yang beratnya bersatuan ton.

Tebal Perkerasan Jalan Raya Aspal
Tebal Perkerasan Jalan Raya Aspal

Berikut sedikit gambaran sederhana tentang bagaimana perhitungan tebal perkerasan jalan raya :

Misalnya kita akan merencanakan tebal perkerasan jalan raya 2 jalur dengan data lapangan sebagai berikut:

Umur rencana jalan, Ur = 10 tahun
Jalan akan dibuka pada tahun 2014
Pembatasan beban as = 8 ton

tebal dan lajur jalan
tebal dan lajur jalan

Setelah dilakukan pengamatan diperoleh volume lalu lintas sebagai berikut :

Mobil penumpang, pick up, mobil hantaran dan sejenisnya sebanyak = 1219 perhari
Bus yang melintas di jalan raya sebanyak = 353 per hari
Truck 2 as = 481 / hari
Truck 3 as = 45 / hari
Truck 4 as = 10 / hari
Truck 5 as = 4 / hari

LHR th.2010 : 2112 bh kendaraan perhari untuk 2 jurusan

Waktu pelaksanaan, n = 4 tahun
Perkembangan lalu lintas jalan raya, i = 8 % per tahun
Faktor regional, FR = 1.00

Bahan perkerasan jalan raya yang akan dipakai sebagai berikut :

Aspal beton atau penetrasi makadam (surface course)
Water bound macadam (base course)
Pondasi bawah kelas C (subbase course)
CBR = 3

Selanjutnya menghitung tebal perkerasan jalan raya dari data-data diatas

1. Bus = 353

2. Truck 2 as = 481

3. Truck 3 as = 45

4. Truck 4 as = 10

5. Truck 5 as = 4

Jumlah kendaraan berat (bus dan truck) KB = 893 bh
BB = (353/893) x 100% = 39.5%
B2T =(481/893) x 100% = 53.86%
B3T = (45/893) x 100% = 5.05%
B4T = (10/893) x 100% = 1.14%
B5T = (4/893) x 100% = 0.45%
Mobil penumpang = 1219 bh
Jumlah LHR = 2112 bh
AKB = (893/2112) x 100% = 42%
AKR = (1219/2112) x 100% = 58%

Waktu pelaksanaan pekerjaan jalan raya, n = 4 tahun

Pertumbuhan lalu lintas i = 8% pertahun

LHRop = 2112(1+0.08)^4 = 2873

Jumlah jalur = 2 Ckiri= 50%, Ckanan = 50%

Umur rencana = 10 tahun pertumbuhan lalu lintas jalan raya = 8%/tahun

FP = 1.44 (tabel FP)

i.p = 2.5 (tabel I.P)

LERur = 639.71

I.P = 2.5 dari grafik diperoleh ITP = 10.25

CBR = 3 DDT = 3.8

ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3 + a4.D4

Cari Nilai ITP yang lebih dari 10.25

Lapisan permukaan = a1 = 0.40 & D1 = 10, a1 x D1 = 4.00

Lapisan pondasi = a2 = 0.14 & D2 = 20, a2 x D2 = 2.80

Lapisan pondasi bawah = a3 = 0.11 & D3 = 32, a3 x D3 = 3.52

Lapisan perbaikan tanah dasar = a4 = 0 & D4 = 0, a4 x D4 = 0

Jumlah ITP hasil perhitungan = 10.32 (jadi jalan raya aman).

batas tabel perkerasan jalan
batas tabel perkerasan jalan

sumber, gambar1, tabel1, tabel2

Sistem Drainase Jalan Aspal

Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau tempat peresapan buatan.

Dalam merencanakan sistem drainase jalan berdasarkan pada keberadaaan air permukaan dan bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan dibagi menjadi:

  • drainase permukaan (surface drainage)
  • drainase bawah permukaan (sub surface drainage)

Secara umum, langkah perencanaan sistem drainase jalan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan ditinjau di peta topografi untuk mengetahui daerah layanan sehingga dapat memprediksi kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang seperti saluran samping jalan, fasilitas penahan air hujan dan bangunan pelengkap. Dalam merencanakan harus memperhatikan pengaliran air yang ada di permukaan maupun yang ada di bawah permukaan dengan mengikuti ketentuan teknis yang ada tanpa menggangu stabilitas konstruksi jalan.

Sistem drainase permukaan jalan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan di permukaan jalan dan juga dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang melimpas di atas perkerasan jalan atau erosi pada badan jalan.

Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.

drainase jalan datar

gambar drainase jalan tikungan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan drainase permukaan antara lain:

1.  Plot rute jalan pada peta topografi

Plot rute ini untuk mengetahui gambaran/kondisi topografi sepanjang trase jalan yang akan direncakanan sehingga dapat membantu dalam menentukan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.

2.  Inventarisasi data bangunan drainase.

Data ini digunakan untuk perencanaan sistem drainase jalan tidak menggangu sistem drainase yang sudah ada.

3.  Panjang segmen saluran

Dalam menentukan panjang segmen saluran berdasarkan pada kemiringan rute jalan dan ada tidaknya tempat buangan air seperti sungai, waduk dan lain-lain.

4.  Luas daerah layanan

Digunakan untuk memperkirakan daya tampung terhadap curah hujan atau untuk memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran. Luasan ini meliputi luas setengah badan jalan, luas bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang lebih 10 m sedang untuk luar kota tergantung topografi daerah tersebut.

5.  Koefisien pengaliran

Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah layanan. Koefisien pengaliran akan mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat diperkirakan daya tampung saluran. Oleh karena itu diperlukan peta topografi dan survey lapangan.

6.  Faktor limpasan

Merupakan faktor/angka yang dikalikan dengan koefisien runoff, biasanya dengan tujuan supaya kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah pengaliran yang terlalu luas.

7.  Waktu konsentrasi

Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah layanan dalam menyalurkan aliran air secara simultan (runoff) setelah melewati titik-titik tertentu.

8.  Analisa hidrologi dan debit aliran air

Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun (diperoleh dari BMG)  dengan periode ulang sesuai dengan peruntukannya (saluran drainase diambil 5 tahun) untuk mengetahui intensitas curah hujan supaya  dapat menghitung debit aliran air.

sumber, sumber 2

Mengapa Banyak Sekali Jalan Aspal Yang Rusak?

Banyak sekali keluhan warga kota tentang kondisi jalan yang rusak melalui media massa. Memang akibat kerusakan jalan sangat mengganggu kenyamanan penguna jalan serta berkaitan dengan keselamatan berkendara. Macet dan macet lagi efek lain dari kerusakan jalan tersebut. Di berapa ruas jalan banyak berlubang dan ada genangan air.

jalan aspal rusak membahayakan Jalan-Rusak-Karawanginfo

Apa yang menyebabkan jalan cepat rusak?.

Sebelum mengenal apa penyebab kerusakan jalan. Sepintas kita  mengupas jalan raya secara struktural meliputi apa saja, untuk sedikit membantu memberi gambaran mengenai jalan raya.

Secara umum struktural Jalan Raya terdiri dari beberapa lapisan yaitu lapisan paling bawah yaitu lapisan tanah dasar atau eksisting. Lapisan diatas tanah dasar disebut lapisan sub-grade biasanya dibangun dengan batu pecah yang dicampur dengan tanah (Agregat Base Klas C/kualitas rendah). Kemudian lapisan diatas sub-grade adalah sub-base, lapisan ini mengunakan material dengan kualitas menengah (Agregat Base Kelas B). Diatas lapisan sub-base yaitu base yang menggunakan material kualitas tinggi (Agregat Kelas A). Sedang lapisan yang paling atas adalah lapisan aus (aspal).

Setelah mendapat gambaran struktur jalan raya kita mencoba mencari penyebab rusak jalan raya. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan jalan yaitu:

    Kondisi drainase permukaan jalan dan sekitarnya
    Mutu pelaksanaan konstruksi jalan
    Beban jalan

Kondisi drainase permukaan jalan dan sekitarnya. Faktor utama berarti air. Air yang menggenang dipermukan jalan dalam waktu lama akan menyebabkan rusaknya strukutur jalan. Terutama pada lapisan yang bawah (sub-grade dan sub-base) karena kualitas material yang rendah. Sehingga apabila sistem drainase tidak berfungsi dengan baik, air akan menggenang dan merusak jalan. Itu sebabnya pada musim hujan kerusakan jalan semakin parah. Adanya aliran air disekitar badan jalan dapat mengakibatkan rembesan air ke badan jalan. Inilah yang merusak ikatan antara butir-butir agregat dan aspal lepas, sehingga lapisan perkerasan jadi tidak kedap air lagi. Yang kemudian menyebabkan melemahkan daya dukung tanah dasar.

drainase air jalan aspal

Mutu pelaksanaan konstruksi jalan. Hal ini bisa saja terjadi apabila dalam pekerjaan dilapangan tidak sesuai dengan desain dan spesifikasi yang ditentukan. Jadi perlu adanya kometmen bagi pihak-pihak yang terkait yaitu kontraktor dan pengawas dalam menjalankan tugas dikerjakan dengan baik. Tanpa ada embel-embel apapun. Karena jalan yang dibuat untuk kepentingan bersama dengan sumber dana dari rakyat.

kerusakan-jalan-aspal

Beban jalan. Kelebihan beban (overload) pemakaian jalan. Batas beban mutan yang dapat ditoleransi pada konstruksi jalan ditentukan dengan angka Muatan Sumbu Terberat (MST). Untuk jalan yang berkualitas di Indonesia MST-nya 10-12 ton. Dalam pengertian setiap sumbu roda kendaraan maksimal 10-12 ton. Secara teori peluang kerusakan jalan adalah pangkat empat dari besarnya kenaikan beban. Sebenarnya apabila kita mengetahui jalan tersebut akan menerima beban yang berat (volume lalu lintas tinggi) sudah diperhitungkan dalam perencanaan. Dengan dasar prediksi volume lalu lintas pada umur rencana yang berpatokan dengan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR). Jadi overload diharapkan bisa teratasi. Ya tentunya fungsikan juga jembatan timbang dengan benar.

sumber, foto, foto 2, gambar 1, gambar 2

Aspal Jalan

Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat (batu split), karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesi, kedap air dan mudah dikerjakan.

Aspal merupakan bahan yang plastis yang dengan kelenturannya mudah diawasi untuk dicampur dengan agregat lebih jauh lagi, aspal sangat tahan terhadap asam, alkali dan garam-garaman. Aspal akan mudah dicairkan jika dipanaskan, atau dilakukan pencampuran dengan mengencer petroleum dalam berbagai kekentalan atau dengan membuat emulsi bahan alam yang terkandung dalam hampir semua minyak bumi yang diperoleh sebagai hasil penyulingan. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton[1] atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.

lapis aspal

Defenisi aspal adalah campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral, sedangkan yang dimaksud dengan bitumen adalah bahan yang berwarna coklat hingga hitam, berbentuk keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik larut dalam CS2 dan CCI4 yang mempunyai sifat berlemak dan tidak larut dalam air. Secara kimia bitumen terdiri dari gugusan aromat, naphten dan alkan sebagai bagian-bagian terpenting dan secara kimia fisika merupakan campuran colloid, dimana butir-butir yang merupakan bagian-bagian yang padat (asphaltene) berada dalam fase cairan yang disebut malten dengan massa molekul yang besar.

Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

a. Aspal alam b. Bitumen (aspal buatan) c. Ter

sumber; sumbersumber foto