All posts by jualbatusplit

Pasir Beton Untuk Pengecoran

Kebutuhan pasir untuk pekerjaan kosntruksi saat ini semakin meningkat, terutama di era presiden Jokowi yang menggenjot proyek infrastruktur di mana-mana. Pasir yang bagus digunakan untuk pengecoran atau beton adalah pasir yang mengandung sedikit kadar lumpur dan sedikit kadar garamnya. Kenapa? Karena kadar lumpur yang tinggi dapat menyebabkan cor cepat retak dan keropos. Untuk tahu lebih lanjut jenis pasir yang dibutuhkan, yuk kita bahas satu persatu.

Pasir untuk konstruksi dibedakan menjadi 2, yaitu pasir beton dan pasir pasang

Pasir Beton

Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 – 5 mm, jika terdapat butiran berukuran lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5% berat. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran struktur seperti kolom, balok dan pelat lantai.

Untuk mendapatkan kekuatan beton yang optimal maka pasir harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a)Pasir beton harus bersih, bila diuji dengan larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70%.

b) Kadar butiran yang lewat ayakan 0,063 mm (kadar lumpur) tidak boleh lebih dari 5% berat.

c) Angka kehalusan butir (FM) terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji dengan rangkaian ayakan 0,16 ; 0,315; 0,63; 1,25; 2,50; 0,5 dan 10 mm, fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15% berat.

d) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu beton. Untuk memeriksanya pasir direndam pada cairan 3% NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.

e) Kekekalan terhadap larutan Na4SO4; fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari 12% berat. Kekekalan terhadap larutan MgSO4; fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari 10% berat.

f) Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.

Pasir Sungai Pasir Beton

Pasir Pasang

Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang di bedakan dalam 2 jenis sebagai berikut :

  1. Pasir Gunung, adalah pasir yang diperoleh dari hasil galian , butirannya kasar dan tidak terlalu keras. Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu massa padat dan sukar larut dalam air). Untuk pengolahan lebih lanjut biasanya pasir di cuci dahulu. Contoh daerah yang memproduksi pasir gunung adalah pasir Galunggung di daerah Tasikmalaya, pasir lokal (seperti pasir Cilegon, pasir Rumpin, pasir Jawilan)

2. Pasir Sungai, adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara 0,063 mm – 5 mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan. Pasir sungai umumnya didapatkan dari daerah Pontianak sehingga orang biasa menyebut pasir Pontianak, pasir dari Pulang Pisau Kalimantan Tengah, dan pasir Lampung. Yang perlu diperhatikan dari pasir sungai adalah adanya kandungan organik yang ikut tersedot oleh pompa ke dalam timbunan

pasir sungai pasir pontianak

3. Pasir Darat, adalah pasir yang didapat dari dataran di darat. Karakteristiknya hampir sama dengan pasir gunung sehingga untuk penggunaan lebih lanjut harus melalui tahap pencucian. Daerah yang memproduksi pasir darat adalah pasir Bangka, pasir Belitung,

Untuk info harga dan kebutuhan pasir proyek konstruksi Anda, segera hubungi kami di 087773399966 bisa via WA atau phone. Terpercaya sejak tahun 2012, kami akan antar ke lokasi proyek Anda.

 

sumber

Konstruksi Lapisan Aspal di Indonesia

Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan kontraktor jalan raya yang membeli material batu split kami. Ada istilah-istilah yang saat itu saya kurang mengerti AC-WC, AC-BC dan lain-lain. Untuk itu saya membagikan artikel ini untuk Anda para pembaca.

Perkerasan jalan dibedakan menjadi 2 yaitu perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement), Baca juga  tulisan tentang salah satu faktor penyebab kerusakan jalan.  Pada tulisan saya kali ini mencoba membahas perkerasan lentur, yaitu jalan aspal, lebih detailnya beton aspal (Asphalt Concrete)

Menurut Bina Marga (2007), Aspal beton merupakan campuran yang homogen antara  agregat (agregat kasaragregat halus dan bahan pengisi atau filler) dan aspal sebagai bahan pengikat  yang mempunyai gradasi  tertentu, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu untuk menerima beban lalu lintas yang tinggi.

Aspal beton  (Asphalt Concrete) di Indonesia dikenal dengan Laston (Lapisan Aspal Beton) yaitu  lapis permukaan struktural atau lapis pondasi atas. Aspal beton terdiri atas 3 (tiga) macam lapisan, yaitu Laston Lapis Aus  ( Asphalt Concrete- Wearing Course atau AC-WC), Laston Lapis Permukaan Antara ( Asphalt Concrete- Binder Course atau AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi ( Asphalt Concrete- Base atau AC-Base). Ketebalan nominal minimum masing-masing 4 Cm, 5 Cm, dan 6 Cm.

lapisan-aspal-beton

 

Asphalt Concrete – Wearing Course

Asphalt Concrete -Wearing Course merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai  lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.

Asphalt Concrete – Binder Course

Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi  (Base Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan  ke lapisan di bawahnya  yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.

Asphalt Concrete – Base

Lapisan ini merupakan perkerasan yang terletak di bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut  tidak berhubungan  langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan.  Perbedaan terletak pada jenis gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan. Menurut Departemen Pekerjaan Umum  (1983)  Laston Atas atau lapisan pondasi atas ( AC- Base) merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapis Pondasi (AC- Base ) mempunyai fungsi memberi dukungan lapis permukaan; mengurangi regangan dan tegangan; menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya (Sub Grade)

lapis-perkerasan-lentur

Lapisan perkerasan lentur adalah perkerasan yang memanfaatkan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan meyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. yang telah dipadatkan. Aspal beton campuran panas merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran homogen antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Berdasarkan fungsinya  aspal beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis dibawahnya dari rembesan air.
  • Sebagai Lapis Pondasi atas
  • Sebagai Lapis pembentuk pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan dan pemeliharaan jalan

Sesuai fungsinya maka lapis aspal beton atau perkerasan lentur mempunyai kandungan agregat dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis pondasi, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan agak kasar jika dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi sebagai lapis aus atau lapisan permukaan.

Untuk Anda yang membutuhkan batu split berkualitas, langsung saja hubungi sekarang juga di 0853-2323-33399 (Ron)

sumber artikel

Jenis Retak Jalan Berdasarkan Cara Berkembang Retak

Masih menyambung artikel sebelumnya, tentang kerusakan aspal.

Berdasarkan cara berkembangnya, NDLI (1995) membagi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Retak dari atas ke bawah (top-down cracking)

Top-down cracks (TDC) adalah retak memanjang dan/ atau melintang yang dimulai pada permukaan perkerasan aspal dan berkembang ke bawah. Menurut Kuennen (2009), retak ini biasanya terjadi akibat segregasi campuran aspal cair dengan batu split dan sifat viscoelastic aspal sebagai pengikat yang rentan terhadap perubahan suhu yang ekstrim.

jualbatusplit top down cracking

2.Retak dari bawah ke atas (bottom-up cracking)

Kuennen (2009) menyebutkan bahwa bottom-up cracking atau fatigue cracking adalah hasil dari perkembangan tegangan pada lapis pondasi perkerasan aspal yang menyebabkan lapis pondasi retak dan merambat ke atas. Retak ini diakibatkan repetisi beban lalu lintas dan bisa berupa kumpulan retak kecil yang saling berhubungan.

 jualbatusplit bottom up cracking

sumber

Untuk kebutuhan batu split yang berkualitas, hubungi kami di 087773399966

Perbedaan Sirtu Dengan Sirdam

Bagi Anda kontraktor atau user yang mungkin sedang mencari material untuk pengurukan lahan, ada baiknya Anda mempertimbangkan Sirtu dan Sirdam. Kenapa? Karena kepadatan sirtu dan sirdam, serta sifatnya yang tahan abrasi. Hal ini ditunjang dari campuran pasir di dalam komposisi batu.

Nah, apa perbedaan dari sirtu dengan sirdam?
Sirtu : Campuran pasir dengan batu dengan komposisi batu sekitar 80-90%, cocok digunakan untuk pemadatan lantai bangunan, lantai parkir
Sirdam : Campuran pasir dengan makadam dengan komposisi 50%-50%, cocok digunakan untuk landasan jalan karena lebih mengunci dan padat.

Untuk Anda yang membutuhkan, bisa hubungi kami di 0853-2323-3399

Retak Jalan Berdasarkan Penyebab

Retak Jalan Berdasarkan Penyebab 

Menurut Mamlouk (2006) berdasarkan penyebab terjadinya kerusakan retak, retak dibagi menjadi 3 bagian:

  1. Retak struktural (structural cracking)

Retak struktural yang disebut juga sebagai retak lelah (fatigue cracking) adalah serangkaian retak memanjang dan saling berhubungan pada permukaan jalan yang disebabkan oleh pembebanan yang berulang dari roda kendaraan, terutama kendaraan berat dengan muatan berlebih. Jenis retak ini umumnya dimulai sebagai retak longitudinal pendek di jalan dan berkembang menjadi retak berpola kulit buaya (retak saling berhubungan). Jenis retak ini terjadi karena aksi lentur yang berulang pada perkerasan saat beban diberikan. Hal ini menghasilkan tegangan tarik yang akhirnya membuat retak pada bagian bawah lapisan aspal. Retak secara bertahap merambat ke bagian atas lapisan dan kemudian berkembang dan saling berhubungan. Jenis kerusakan ini akhirnya akan menyebabkan hilangnya integritas struktural dari sistem perkerasan.

Retak Struktural Fatigue Cracking

Gambar Retak Struktural (Fatigue Cracking)

  1. Retak melintang akibat suhu ( transverse thermal cracking)

Retak ini terjadi karena perubahan suhu pada material perkerasan jalan. Karena material ini digerus berulang akibat gaya gesekan dengan material lain, tegangan tarik berkembang dalam material perkerasan. Jika tegangan tarik melebihi kekuatan tegangan tarik material, maka retak thermal akan berkembang seperti Gambar 1.10. Retak thermal biasanya terjadi dalam arah melintang dan tegak lurus dari arah arus lalu lintas. Jenis retak ini biasanya memiliki jarak yang sama. Retak ini adalah jenis retak yang tidak berhubungan dengan beban lalu lintas dan retak ini dimulai saat musim dingin. Lebar retak thermal biasanya mengalami perubahan dari musim panas.

Retak Thermal (Transverse Thermal Cracking)

Gambar Retak Thermal (Transverse Thermal Cracking)

  1. Retak refleksi (reflection cracking)

Retak refleksi merupakan retak di bawah lapisan yang bisa terjadi overlay. Retak refleksi sering terjadi di aspal overlay pada perkerasan beton dan cement treated basis. Mereka juga terjadi ketika retak pada lapisan aspal yang lama tidak benar diperbaiki sebelum dioverlay. Retak refleksi memiliki beberapa bentuk tergantung pada pola retak di lapisan bawahnya.

sumber

Jenis Retak Jalan bag.4

  1. Parabola

Yaitu retak yang berbentuk parabola. Jenis yang termasuk dalam kerusakan ini adalah: retak selip (slipage cracks).

  1. Retak selip (slippage cracks)

Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan terbentuknya sungkur (shoving).

retak selip

Kemungkinan penyebab:

  1. Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
  2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
  3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
  4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.

Akibat lanjutan:

  1. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).

Hal yang dilakukaan dalam pemeliharaan :

Melakukan pembongkaran aspal yang rusak kemudian dilakukan penambalan permukaan .

Jenis Retak Jalan Bag.3

  1. Blok (block)

Yaitu retak yang saling berhubungan membentuk serangkaian blok, dengan bentuk menyerupai persegi empat. Jenis kerusakan retak yang termasuk dalam kerusakan ini adalah: retak refleksi (reflection cracks), dan retak susut (shrinkage cracks).

a.Retak refleksi (reflection cracks)

Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay) sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .
  2. Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan dengan struktur perkerasan.

Akibat lanjutan:

  1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

retak refleksi

Gambar 1.5 Retak Refleksi (Reflection Cracks)

Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan.

2.Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay) .

b.Retak susut (shrinkage cracks)

Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
  2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Akibat lanjutan:

  1. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).

retak susut

Gambar 1.6 Retak Susut (Shrinkage Cracks)

Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Mengisi celah dengan campuran aspal cair dan burtu .

  1. Kulit buaya (crocodile)

Yaitu retak yang berbentuk kulit buaya. Jenis yang termasuk dalam kerusakan ini adalah: retak kulit buaya (alligator cracks).

  1. Retak kulit buaya (crocodile cracks)

Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan crazing. Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkali membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.

Kemungkinan penyebab:

  1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
  2. Pelapukan permukaan.
  3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
  4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

  1. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
  2. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

retak kulit buaya

Gambar 1.7 Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks)

Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm sebaiknya bagian yang telah mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapisan fondasi tanah dibongkar terlebih dahulu dan dibuang bagian yang basah, kemudian dilapisi lagi dengan bahan yang sesuai.

sumber

jenis retak jalan bag.2

b. Retak pertemuan perkerasan bahu (edge joint cracks)

Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

  1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
  2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
  3. Drainase kurang baik.
  4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
  5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.

Akibat lanjutan:

  1. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.

Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan pengisi .

2.Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay).

c. Retak sambungan jalan (lane joint cracks)

Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

  1. Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.

Akibat lanjutan:

  1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)
Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)

Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah yang terjadi .

d. Retak sambungan pelebaran (widening cracks)

Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
  2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan lama.

Akibat lanjutan:

  1. Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.

Akibat lanjutan:

  1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Retak Sambungan Pelebaran (Widening Crack)
Retak Sambungan Pelebaran (Widening Crack)

Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir.

 sumber

 

Jenis Retak Jalan bag.1

A.Lapis Permukaan Atas

1.Retak

Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).

  1. Jenis – jenis retak

Pengelompokan jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada retak bermacam-macam, seperti jenis retak berdasarkan bentuk retak, penyebab terjadinya kerusakan retak, tingkat keparahan retak, dan cara berkembangnya.

  1. Berdasarkan bentuk retak

Departemen Pekerjaan Umum (2007) mengelompokkan jenis kerusakan retak berdasarkan bentuknya menjadi:

1). Meander (meandering)

Yaitu retak yang terjadi berbentuk seperti sungai yang berkelok-kelok (meander). Jenis retak yang termasuk dalam kerusakan ini adalah: retak halus (hair cracks).

a).Retak halus (hair cracks)

Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.

Kemungkinan penyebab:

  1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
  2. Pelapukan permukaan.
  3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
  4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

  1. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.
  2. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
retak jalan halus (hair crack)
retak jalan halus (hair crack)

Hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan :

  1. 1. Ditambal atau di tutuo sesuai dengan ukuran dan tingkat kerusakannya.
  2. Garis (line)

Yaitu retak yang terjadi berbentuk garis dan dapat berupa memanjang (longitudinal), melintang (transverse), dan diagonal. Jenis kerusakan retak yang termasuk dalam kerusakan ini adalah: retak tepi (edge cracks), retak pertemuan perkerasan dan bahu (edge joint cracks), retak sambungan jalan (lane joint cracks), dan retak sambungan pelebaran (widening cracks).

a.Retak tepi (edge cracks)

Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:

  1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis ekspansif clay pada tanah dasar .
  2. Sokongan bahu samping kurang baik.
  3. Drainase kurang baik.
  4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi.

Akibat lanjutan:

  1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
  2. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
retak tepi (edge cracks)
retak tepi (edge cracks)

Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :

1.Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu jalan tidak mendukung pinggir perkerasan maka material yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan material baik yang dipadatkan .

2.Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka harus dibuatkan drainase.

3.Penambahan parsial .

Macam-macam Kerusakan Jalan

Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Survei kerusakan secara detail dibutuhkan sebagai bagian dari perencanaan dan perancang proyek rehabilitasi. Survei kerusakan perkerasan adalah kompilasi dari berbagai tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, lokasi, dan luas penyebarannya. Perhatian harus diberikan terhadap konsistensi dari personil penilai kerusakan baik secara individual maupun kelompok-kelompok yang melakukan survei. Tujuan dilakukannya survei kinerja perkerasan, adalah untuk menentukan perkembangan dari kerusakan perkerasan, sehingga dapat dilakukan estimasi biaya pemeliharaan. Informasi ini sangat berguna untuk instansi yang terkait dalam pengalokasian dana untuk pemeliharaan. Pekerjaan ini sangat penting dan umumnya diprioritaskan sehingga banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dapat diestimasikan dari tahun ke tahun. Selain itu, survei kinerja perkerasan juga berguna untuk menentukan sebab-sebab dan pengaruh dari kerusakan perkerasan. Penentuan sebabsebab kerusakan harus diketahui sebelum penanganan pemeliharaan yang memadai dapat dilakukan. Demikian pula penyebab kegagalan perkerasan harus juga diketahui, sehingga hal ini dapat diperhitungkan dalam perancangan di kemudian hari.

Survei Kondisi Jalan adalah survei yang dimaksudkan untuk menentukan kondisi perkerasan pada waktu tertentu. Tipe survei semacam ini tidak mengevaluasi kekuatan perkerasan. Survei kondisi bertujuan untuk menunjukan kondisi perkerasan pada saat waktu dilakukan survei. Jadi, survei ini sifatnya kualitatif. Informasi yang diperoleh akan digunakan untuk menetapkan: macam studi, penilaian prioritas dan program pemeliharaan. Survei kondisi juga berguna untuk persiapan analisis struktural secara detail, dan untuk rehabilitasi. Jika area-area secara baik direferensikan dalam stasiun-stasiun, maka area yang membutuhkan pengumpulan data yang lebih intensif dapat didefinisikan.

Jenis – Jenis Kerusakan Lentur Jalan, umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:

Deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil aslinya (sesudah pembangunan).

Retak (Crack) dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara teoritis, retak dapat terjadi bila tegangan tarik yang terjadi pada lapisan aspal melampaui tegangan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan tersebut.

Kerusakan tekstur permukaan merupakan kehilangan material perkerasan secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke arah bawah. Perkerasan nampak seakan pecah menjadi bagian-bagian kecil, seperti pengelupasan akibat terbakar sinar matahari, atau mempunyai garis-garis goresan yang sejajar. Butiran lepas dapat terjadi di atas seluruh permukaan, dengan lokasi terburuk di jalur lalu lintas.

Adapun istilah kerusakan jalan berdasarkan penampakan fisiknya antara lain retak memanjang, retak kulit buaya, retak pinggir, retak blok, retak berkelok-kelok, kegemukan, pelepasan butiran, sungkur, lubang dan tambalan.

Kemungkinan faktor-faktor penyebab secara umum disebabkan sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi perkerasan yang kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan lapis perkerasan yang tipis, proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi perkerasan yang kurang sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi, yang saling terkait dan mempengaruhi.

Sumber